Matahari akan berada di atas Ka'bah pada 15-16 Juli 2020. Hal ini menjadi momentum bagi umat Islam, khususnya masjid-masjid, untuk mengoreksi arah kiblat shalat.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), umat Islam di Indonesia dapat mengecek kembali arah kiblat pada 15-16 Juli 2020 pukul 12.27 Waktu Arab Saudi atau pukul 16.27 WIB atau pukul 17.27 WITA atau pukul 18.27 WIT.
"Waktu toleransinya adalah pada tanggal 14-16 Juli," kutip BMKG dalam keterangan tertulis, Selasa (14/7/2020).
BMKG menyebut fenomena itu terjadi akibat gerak semu Matahari.
"Akibat gerak semu ini, pada tanggal tertentu Matahari akan tepat berada di atas suatu bangunan atau kota," tulis BMKG.
BMKG menjelaskan Matahari akan bergerak semu dari posisi 23,5 derajat LS ke 23,5 derajat LU dan sebaliknya dalam setahun. BMKG menyebut peristiwa itu membuat Matahari berada di atas wilayah yang berada di antara 23,5 derajat LS ke 23,5 derajat LU.
Dijelaskan, matahari bisa berada tepat di atas Ka'bah, yang merupakan arah pusat kiblat bagi umat Islam, karena posisi Ka'bah berada di 21 derajat 25' 21" LU dan 39 derajat 49' 34" Bujur Timur.
"Dalam setahun Matahari akan tepat berada di atas Ka'bah sebanyak dua kali," kata BMKG.
Perubahan arah kiblat pertama tahun ini dilakukan pada 27 Mei pukul 12.18 Waktu Arab Saudi atau pukul 16.18 WIB atau pukul 17.18 WITA atau pukul 18.18 WIT
"Waktu toleransinya adalah pada tanggal 26-28 Mei," tutup BMKG.
Dilansir Antara, Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah (Urais Binsyar) Agus Salim posisi matahari di atas Kabah itu berlangsung dua hari, Rabu-Kamis 15-16 Juli 2020, sehingga menjadi kesempatan untuk mengoreksi arah kiblat shalat.
"Saat itu, bayang-bayang benda yang berdiri tegak lurus, di mana saja, akan mengarah lurus ke Ka'bah," kata Agus, Selasa (14/7/2020).
Dia mengatakan matahari nanti akan ada di atas Ka'bah pada pukul 16.27 WIB di masing-masing hari. Secara tanggal dan waktu, fenomena alam serupa sama dengan peristiwa pada tahun 2018.
Menurut dia, peristiwa semacam itu dikenal sebagai "Istiwa A'dham" atau "Rashdul Qiblah" yaitu waktu matahari di atas Ka'bah dengan bayangan benda yang terkena sinar matahari menunjuk arah kiblat.
"Peristiwa yang sama terjadi juga pada 27 dan 28 Mei 2020 yang lalu,” kata dia.
Momentum tersebut, kata Agus, dapat digunakan umat Islam untuk memverifikasi kembali arah kiblat. Caranya dengan menyesuaikan arah kiblat dengan arah bayang-bayang benda pada saat "Rashdul Qiblah".
Agus mengatakan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses verifikasi arah kiblat, yaitu memastikan benda yang menjadi patokan harus benar-benar berdiri tegak lurus, seperti menggunakan bantuan lot/bandul.
"Permukaan dasar harus betul-betul datar dan rata serta jam pengukuran harus disesuaikan dengan BMKG, RRI atau Telkom," katanya. (RI)
(5.)Perhatikan arah bayangan yg terjadi pada alat yg digunakan untuk kalibrasi arah kiblat ini.— Humas_BMKG (@InfoHumasBMKG) July 14, 2020
(6.) Tarik garis dari ujung bayangan hingga ke posisi alat. Garis yg ditarik itulah arah kiblat yg
sudah dikalibrasi dgn posisi Matahari saat tepat berada di atas Ka’bah.
0 Comments